watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

PERTEMUAN YANG INDAH

Cerita ini diawali di atas Kereta Api Senja Utama II
tujuan Yogya-Jakarta saat di Stasiun Purwokerto,
di mana kereta berhenti sebentar aku turun
untuk membeli rokok. Namun karena terlalu
lama aku turun keluar, aku hampir ketinggalan
kereta, begitu kereta mulai berjalan perlahan aku
naik lewat gerbong paling belakang.
Saat aku berjalan menuju ke tempat dudukku,
aku melihat seorang gadis yang rasanya pernah
kukenal, namun aku ragu untuk menegurnya
karena aku hanya melihat dari belakang. Namun
saat lewat di sampingnya aku memberanikan diri
untuk menatap wajahnya, dan kebetulan dia
juga melihatku. Begitu aku yakin kalau dia adalah
kekasihku yang hilang 5 tahun yang lalu, karena
setelah lulus SMA kami berpisah, aku kuliah di
Yogya dan dia mencari kerja di Jakarta, tanpa ada
alamat yang jelas. Maka aku memberanikan diri
untuk menyapanya.
"Yan!" tegurku, namun dia sepertinya tidak
mengenali diriku karena brewok di wajahku dan
rambutku yang panjang sebahu. Lalu kembali
aku menyapanya,
"Yan! masa kamu tidak kenal sama aku?",
tanyaku padanya.
Diapun balik bertanya kepadaku, "Mas siapa ya?",
tanya dia.
"Aku Riady", jawabku, kulihat dia tersentak kaget
begitu mendengar namaku. Tampak di
wajahnya, air matanya menetes jatuh, aku tidak
tahu dia sedih atau gembira saat itu.
Kemudian aku mengajak dia untuk pindah ke
gerbong tempatku, kebetulan aku duduk
sendirian, tanpa menunggu jawaban aku
mengambil tas yang di bawanya, dan dia
mengikutiku sambil terus menggandeng
tanganku seolah tak ingin berpisah lagi. Lalu kami
bercerita saling melepas rindu, bahkan dia
mengira aku bakal meninggalkan dia sehingga
dia menerima laki-laki lain untuk
menggantikanku. Namun aku sadar akan hal itu
aku tidak mau memaksanya untuk kembali
padaku.
Lama kami cerita lalu dia minta aku untuk
mengantarnya ke kamar kecil. Sambil
menyalakan sebatang rokok aku mengantarnya
dan menunggunya di pintu WC kereta. Sambil
menikmati rokok aku menunggunya, tiba-tiba
dia memintaku mengambilkan handuk kecil di
tasnya, saat aku berikan handuk tersebut dia
langsung menarik tanganku masuk ke dalam
WC kereta tersebut dan langsung mengunci
pintunya. Dia mendekap diriku erat sekali
sehingga payudaranya terhimpit dengan dadaku,
aku menundukkan kepala untuk mengecup
bibirnya, dan lidah kami bermain dalam
mulutnya. Begitu nikmat rasanya saat itu hingga
penisku menjadi membengkak karena
rangsangan. Ingin sekali aku mengelus
payudaranya tapi tidak bisa karena himpitannya.
Namun dia menggesekkan vaginanya begitu
merasakan penisku membengkak.
Aku sangat menikmati hal itu, kemudian aku pun
menurunkan tanganku untuk meremas
pantatnya. Dia hanya semakin keras
menggesekkan vaginanya sampai dia
mengerang merasakan kenikmatan. Aku selipkan
tanganku ke balik celana jeans yang dipakainya
menyusuri belahan pantatnya. Dia kembali
mengerang seraya mengendurkan dekapannya.
"Ooocchh Maass", erangnya menahan nikmat.
"Aahh, Mass.. ayoo", ajaknya sambil merintih.
Kemudian kutarik kembali tanganku dan
membuka ruitsliting celananya.
"Cepetan Mass!" pintanya, sambil menurunkan
celananya hingga hanya mengenakan CD saja.
Kulihat CD-nya sudah basah oleh lendir yang
keluar dari liang vaginanya. Kemudian kuelus
sambil kutekan vaginanya yang masih tertutup
oleh CD itu sehingga terlihat bentuknya yang
sungguh menggiurkan.
"Ayo doong Mass! aku nggak tahan nich,
oochh!", erangnya memohon.
Aku merasa kasihan padanya, kemudian
kuturunkan CD-nya dan kumainkan klitorisnya
yang menonjol dan keras.
"Yang cepet Mass! Ooo.. aacchh, Mass",
erangnya.
"Enaakk! Aahh, cepeet, Maass!" teriaknya
keenakan.
Langsung aku berjongkok dan menjilati
vaginanya yang basah dan tertutup oleh
lebatnya bulu kemaluannya.
"Auchh! Diapakan memekku Mass", tanya dia,
"Ooohh, Mass! Enaak! Oohh, terruuss!" pintanya.
Namun tiba-tiba dia berkata,
"Mass, akuu pingin pipis niich."
Tapi aku tidak mempedulikan teriakannya,
isapanku terhadap kelentitnya semakin kuat
hingga beberapa detik kemudian tampak
pahanya merapat dan menghimpit kepalaku. Dia
mengejang dan dari mulutnya terdengar
teriakannya,
"Ouucchh.. Mass! Heeggh, akhh.. akhuu udaah
nggak kuaats, heegh, ookh", cairan deras keluar
dengan deras mengalir di sela pahanya yang
jenjang itu, diiringi denyutan-denyutan
vaginanya. Setelah mengejang beberapa saat dia
tampaknya menjadi lemas karena orgasme yang
baru saja dia alami.
Karena takut ketahuan penumpang lain maka
kami tidak melanjutkan permainan. Dia
merapikan pakaiannya, kemudian aku
menggandengnya ke tempat duduk agar tidak
terjatuh karena badannya masih lemas. Tanpa
terasa kereta sudah memasuki stasiun Jatinegara,
dan dia harus turun di sini karena rumah
kontrakannya di Bekasi, sedang aku turun di
Gambir, namun sebelum berpisah aku
mengecup keningnya dan tak lupa meminta
alamatnya.
Setelah memberikan alamat kontrakannya Yani
kemudian turun di Stasiun Jatinegara, dan aku
terus melanjutkan perjalananku sampai di
stasiun gambir. Aku terus membayangkan apa
yang barusan kami lakukan di WC kereta. Aku
terbayang akan keindahan tubuh Yani yang
diperlihatkannya padaku barusan. Setelah kereta
memasuki stasiun Gambir lamunanku buyar,
dan aku mengambil tasku lalu kemudian mencari
penginapan. Namun niatku untuk mencari
penginapan kubatalkan, kemudian aku membeli
tiket kereta Pakuan bisnis tujuan Bekasi. Dan
tanpa menunggu lama kereta tiba, aku langsung
naik kereta tersebut. Setibanya di stasiun Bekasi
aku mencari alamat yang dia berikan kepadaku,
30 menit kemudian aku sampai di Tambun
dimana dia mengontrak. Aku naik ojek menuju
ke alamatnya. Dia terkejut saat dia melihatku
sampai di depan rumahnya, karena dia tidak
menyangka aku akan datang secepat itu.
"Mas, kok nggak jadi nginap di hotel?", tanya
Yani keheranan.
"Nggak ah, enakkan di tempat kamu", jawabku
sekenanya.
"Ok deh, masuk dulu Mas!", Yani mempersilakan
aku masuk. Kami duduk di ruang tengah dan
sambil menyalakan televisi.
Yani bertanya, "Rencananya berapa lama Mas
nginap di Jakarta?".
"Rencananya sih cuma tiga hari", jawabku.
"Kamu tinggal di sini sama siapa?", tanyaku
padanya.
"Cuma sendirian aja, apa Mas mau menemani?",
tanya dia kembali.
"Kalau kamu ijinkan nggak masalah", jawabku.
"Kalo gitu Mas nginap aja di sini, gratis kok",
katanya sambil menatap wajahku penuh harap.
"Kan bisa menghemat uang Mas", katanya lagi.
"Oke deh kalo gitu", kataku mengiyakan, dan
tanpa minta ijin dariku lebih dulu Yani langsung
mengambil tasku dan memasukkan ke kamar
tengah yang kosong dan bersebelahan dengan
kamarnya.
Setelah dia keluar kamar langsung aku bertanya
kembali kepadanya, "Apa cowok kamu sering
nginap di sini?", tanyaku.
"Nggak pernah, bahkan dia nggak pernah tahu
alamatku", jawab Yani.
"Masa sih?", tanyaku tidak percaya.
"Nggak percaya ya udah", jawabnya.
"Sebenarnya aku belum bisa mencintai Doni
(nama cowoknya), Mas", katanya.
"Karena aku sendiri memang belum bisa
melupakan Mas", jelasnya padaku.
"Kalau aku nginap di sini nanti ada masalah
dengan tetangga", kataku.
"Nggak usah khawatir Mas, nanti sore kita lapor
Pak RT, kalau Mas nginap di sini", katanya.
"Dan nanti kita ajak Mas Kamto rumah sebelah,
biar dia yang menjelaskan bahwa kita masih
saudara sepupu", katanya lagi.
"Mas.. kalo mau mandi dulu silakan aja", katanya
sambil beranjak dari tempat duduknya.
"Baiklah, tapi kamar mandinya di mana?",
tanyaku.
"Ada di dalam kamar kok Mas, aku juga belum
mandi, mau mandi dulu", jawabnya sambil
berjalan menuju kamarnya.
Belum lama aku di dalam kamar mandi, aku
mendengar suara panggilan dari luar.
"Maass..", panggilnya.
"Maaf Mas ini sabunnya", katanya.
Lalu aku langsung membuka pintu kamar
mandi, dan aku kaget ketika melihat
pemandangan di luar. Yani berdiri di depanku
hanya dengan handuk yang dililitkan di
tubuhnya, dan dengan sekali sentakan dari
tangannya handuknya pun terlepas dari
tubuhnya. Sungguh indah sekali tubuh Yani
yang telanjang bulat. Begitu putih terawat dan
payudaranya yang masih kencang dengan
puting warna coklat muda menghiasi
payudaranya, perutnya kecil dengan pinggul
yang indah dan di antara kedua pahanya terlihat
bulu kemaluannya yang rimbun menutupi
vaginanya yang kecil itu. Melihatku terpana dan
kagum pada keindahan tubuhnya, dia langsung
menyerobot masuk ke kamar mandiku.
"Mass aku mandi di sini saja ya", pintanya.
"Kita mandi sama-sama saja", katanya lagi
sambil menutup pintu kamar mandi. Aku tidak
bisa melarangnya ataupun menolaknya.
Kemudian Yani langsung membuka satu persatu
pakaianku, hingga aku juga telanjang bulat di
depannya.
"Mass burung Mas kok lebih besar dari pada tadi
pagi sih?", tanya Yani sambil menggenggam
batang penisku dan tangannya yang satu lagi
memainkan buah zakarku. Sambil meringis
menahan nikmat kujawab saja sekenanya,
"Tadikan masih di dalam celana Dek (panggilanku
terhadap Yani), sekarang udah nggak terkurung
lagi alias bebas berdiri", kataku menjelaskan.
"Mas.. tadikan Mas mainin memek Dhedek,
sekarang Dhedek mau mainin burung Mas ya",
pintanya.
Tanpa menunggu jawaban dariku Yani langsung
mengurut batang penisku yang sudah maksimal
berdiri dan terus mengusap kepala penisku
dengan lembutnya.
"Ooouuch Dhee.."
"Eenaak.."
"Teruuss Dhee..", erangku.
Sambil berjongkok lalu dia menghisap penisku,
dan itu pun tidak bisa masuk semua,
(panjangnya 22 cm, diameter 5 cm), hingga
hanya bisa masuk separuhnya saja. Yani terus
menghisap penisku sambil tangannya
mengusap vaginanya yang juga telah banjir
karena terangsang menyaksikan penisku yang
besar bagi dia. Hampir 20 menit dia menghisap
penisku dan tak lama terasa sekali sesuatu di
dalamnya ingin meloncat ke luar.
"Dedee.. oohhk.. ennaakhgh.. teruuss", teriakku.
Dia mengerti kalau aku mau keluar maka dia
memperkuat hisapannya dan sambil menekan
vaginanya aku lihat dia mengejang dan matanya
terpejam, dan creet.., suurr.., ssuurr.., ternyata
Yani sudah orgasme terlebih dahulu.
"Ooghs.. Maass", erangnya tertahan karena
mulutnya tersumpal oleh penisku. Dan karena
hisapannya terlalu kuat akhirnya aku juga tidak
kuat menahan ledakan dan sambil kutahan
kepalanya kusemburkan maniku ke dalam
mulutnya croot.., croot.. croot. Banyak sekali
hingga tak sanggup Yani menelan semuanya
dan mengalir di belahan bibirnya yang sensual
itu. Lalu kucabut penisku yang masih berdenyut-
denyut.
"aahhkgh.. oohhgh"
"Heemm enaak Mass", katanya.
"Gurih dan asin sekali mani punya Mass",
ujarnya merasakan puas.
"Mass..", panggilnya.
"Gimana sih rasanya kalo di entot itu?", Yani
bertanya padaku.
"Aku sendiri belum pernah ngerasain kok Dhe",
jawabku.
"Mas mau nggak masukin burung Mas ke dalam
memek Dhede?", tanya Yani seraya memohon.
Aku merasa ragu, namun karena penisku masih
berdiri dengan kerasnya dan didorong oleh
nafsu maka aku hanya menganggukkan
kepalaku. Melihat anggukan kepalaku Yani
kemudian duduk di tepian bath up sambil
mengangkangkan kedua kakinya, hingga
vaginanya yang tertutup oleh bulu kemaluan itu
tampak terbuka dan terlihat sisa lendir yang
mengalir di pahanya yang putih itu, dan
klitorisnya pun terlihat sudah membengkak.
Lalu sambil berdiri aku mengarahkan penisku
tepat di atas lubang vaginanya dan kugesek
perlahan kepala penisku di atas klitorisnya.
"Aauugh Mass.. geelii", rintih Yani menikmati
gesekan di klitorisnya itu.
"Masukin aja Mass",
"Cepetan.. oohh", erangnya sambil
menggenggam penisku.
Dengan perlahan dan penuh perasaan kutekan
penisku hingga kepala penisku membelah bibir
vaginanya, tapi tampak mata Yani melotot dan
wajahnya memerah sambil menahan laju
penisku.
"Tahaan dulu Mass.. sakit", erangnya.
Kuturuti permintaannya, selang beberapa detik
kembali dia memintaku untuk menekannya.
Kutekan kembali hingga kepala penisku berhasil
masuk ke lubang vaginanya. Namun dia
berteriak kesakitan,
"Aduuhh Maass",
"Sakit sekalii"
Karena teriakannya itu maka aku menghentikan
gerakanku dan membiarkan kepala penisku
terbenam di belahan vaginanya. Aku merasakan
denyutan vaginanya di kepala penisku, dan
membuat rasa nikmat yang tak pernah
kubayangkan.
Kemudian tangan Yani melepaskan
genggamannya dan memegang pantatku lalu
berusaha menekannya. Akupun mengikutinya
hingga penisku masuk sampai 1/4 batangnya.
Yani tampak meringis menahan sakit, tapi
tangannya terus menekan pantatku hingga
secara perlahan penisku masuk separuh. Penisku
terasa sekali di pijat oleh vaginanya dan
menimbulkan rasa nikmat yang teramat sangat.
Aku diam sambil menikmati denyutan vaginanya
sekitar 5 menit, dan tampaknya sakit yang
dirasakan Yani sudah hilang.
"Gimana Dhek..?", tanyaku padanya.
"Masih sakit sedikit Mass.. rasanya mau pipis lagi
nih.. oohh", katanya. Belum selesai ucapannya,
tiba-tiba badan Yani mengejang dan tangannya
menekan pantatku hingga masuk lebih dalam
(kira-kira 17 cm), dan aku merasakan menabrak
sesuatu di bagian dalam vaginanya.
"Aakh.. heegh.. heeghk.. oouughkss.. Maass..
enaakhss", Yani berteriak menahan nikmat,
seerr.., seerr.., cairan hangat dari lubang
rahimnya menerpa kepala penisku dan terus
mengalir keluar dengan deras hingga membuat
lubang vaginanya semakin licin. Kira-kira sekitar
10 detik Yani mengejang dan kemudian dia
lemas kembali.Aku tetap membiarkan penisku di dalam
vaginanya dan kukulum bibirnya dan lidah kami
pun bertarung saling membelit di dalam bibirnya
sekitar 5 menit, dan kemudian perlahan-lahan
aku menggerakkan pantatku maju mundur,
hingga tampak vagina Yani kempot ke dalam
saat kutekan pantatku, dan kelihatan menonjol
begitu kutarik penisku.
"Heegh.. aahgs", Yani mendesah dan merintih,
tampaknya Yani sudah kembali menerima
rangsangan. Karena vaginanya yang sangat licin
maka dengan lancar penisku keluar masuk di
dalam vaginanya.
"Ooohh.. uuhh.. enaakhs Dhedee.. aahh",
erangku.
"Iyaa Mas.. oohhss.. teeruuss Maass.. oohh
aakhss", rintih Yani menerima kenikmatan tiada
tara, sambil menggoyangkan pantatnya ke kiri
dan ke kanan. Aku pun semakin mempercepat
gerakan maju mundur penisku, sehingga Yani
menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan
sambil matanya terpejam, hanya erangan dan
rintihan yang mendesah yang keluar dari
mulutnya.
"Ooohh Maass.. ennaakss Maass.. uughs.. oo
Mass.. lebih cepeet lagii Mass.. oohg Maass..
teruus oohh.. tekan teruss Maass", rintihannya
semakin menjadi.
Dan Yani semakin cepat sekali menggoyangkan
pantatnya maju mundur, hingga beberapa saat
kemudian aku merasakan tangannya
mencengkeram pantatku dengan kencangnya.
Aku mengerti kalau Yani mau orgasme lagi,
maka aku menghentikan gerakanku dan
membiarkan Yani menggerakkan pantatnya
maju mundur agar dia memperoleh kenikmatan
yang tiada taranya, lalu dengan penuh perasaan
dan pelan kutekan penisku. Saat kurasakan
kepala penisku menabrak mulut rahimnya Yani
menghentikan gerakkannya dan kembali
badannya mengejang sambil kedua kakinya di
tekuk di belakang pantatku. "Akuu nggaak kuuaat
Maass", teriaknya.
"Aakuu keeluuaar laaghii Mass.." erangnya.
"Ooopss.. aakhss.. aakhss.. uuhh.. heghss..
heeghss", teriaknya diiringi cairan hangat yang
membanjiri vaginanya seerr.. seerr. Belum lagi
kejangnya hilang aku yang tadi diam kembali
menggerakkan pantatku maju mundur dengan
cepat.
"Oookhh Maass.. stoops Maass!", pintanya
namun aku tidak mempedulikannya, aku tetap
menggerakkan pantatku maju mundur tapi tidak
secepat yang pertama, kali ini aku gerakkan
dengan perlahan untuk membangkitkan kembali
gairahnya. Lalu kuangkat pantatnya dan
kugendong Yani sehingga penis semakin dalam
masuknya menekan mulut rahimnya waktu
kugendong dia tampaknya Yani mendapatkan
rangsangan baru, dia semakin erat memelukku.
Kemudian kugendong Yani keluar kamar mandi
dan kurebahkan di atas ranjang tanpa mencabut
penisku dari vaginanya. Kamipun bergelut di atas
ranjang, dan Yani pindah posisi berbalik ke atas
dan terus duduk di atas penisku yang terbenam
di vaginanya hingga membuka mulut rahimnya.
Baru beberapa menit dia kembali mengejang,
namun kali ini aku nggak diam sambil menikmati
semburan hangatnya, aku membalikkan
badannya dan mendorong penisku maju
mundur. Entah berapa kali dia orgasme selama
hampir 1 jam 30 menit aku bersenggama
dengan Yani, baru aku merasakan sesuatu
tekanan dari dalam dan akupun ingin
mengakhirinya secepat mungkin, karena aku
merasa kasihan melihat Yani yang sudah lemas
karena orgasme yang berulang kali.
Hingga akhirnya aku menekan dalam-dalam
penisku dan, "Oookhh Dheeks.. akuu keluaarr..
aakkhss.. akhhss..", teriakku sambil mendekap
erat tubuh telanjang Yani, dan Yani pun demikian
juga, "Yanii juughaa keeluuaarr Maass.. ookkss..
oouugghhss.. aakhss.. oohh", dan croot.., crot..,
seerr.., serr.., akhirnya kami berdua menjadi
terkulai lemas dan memutar posisi dan
membiarkan Yani tetap menindihku dengan
penisku tetap di dalam vaginanya. Kami tidak jadi
mandi, dan hanya mandi keringat.
"Mass nikmat sekali, Mas hebat", puji dia
terhadapku.
"Apakah kamu capek Dhe?", tanyaku.
"Iya Mas, aku lemas sekali, jadi besok aja yah
nemeni Mas ngedaftar kerja", katanya sambil
mengecupku.
"Oke deh kalo gitu".
Lalu Yani tertidur di atasku dengan pulas
kecapaian karena perjalanan jauh juga dengan
apa yang baru kami lakukan. Sepintas aku
melihat bercak merah bercampur lendir di atas
sprei. Ternyata Yani masih perawan, aku pun
memeluknya erat hingga tertidur juga dengan
penisku yang masih berada di dalam vagina
Yani.
Entah berapa lama kami tertidur saat itu, aku
tidak tahu, namun saat Yani terbangun dari
tidurnya, aku juga ikut bangun. Aku melihat jam
dinding menunjukkan pukul 12.45. Melihatku
terbangun Yani mengecup keningku dengan
penuh rasa kasih yang dalam, dan akupun
membalas kecupan di keningnya. Lalu Yani
berusaha untuk turun dari atas tubuhku.
"Ooppss", desahnya begitu turun dari atas
tubuhku, hal ini disebabkan karena selama kami
tertidur penisku masih menancap di dalam
vaginanya. Kemudian sambil memeluk diriku
Yani merebahkan tubuh telanjangnya di
sebelahku.
"Dhe.." aku memanggilnya.
"Apakah Dhede nggak menyesal?", tanyaku pada
Yani.
"Menyesal kenapa Mas", Yani balik bertanya
kepadaku.
"Dhede kan masih perawan", ujarku.
"Sekarang udah nggak lagi kok", jawabnya
sambil meletakkan kepala di dadaku.
"Iya sih", jawabku.
"Tapi kan sebelum kita lakukan ini Dhede masih
perawan", jelasku.
"Yani rela kok Mas", jawab Yani.
"Yani sadar kalau kita nggak bisa bersatu
selamanya", kata Yani sedih.
"Yani juga sadar kalau kita masih saudara",
katanya sambil menitikkan air mata.
"Tapi Yani tetap selalu mencintai Mas", ucapnya.
"Makanya sebelum Yani serahkan sama orang
lain, Yani serahkan apa yang paling berharga
Yani miliki pada Mas", katanya.
"Karena Yani mencintai Mas", ucapnya sambil
mencium keningku.
"Yani hanya serahkan pada orang yang Yani
cintai, seperti yang pernah Yani ucapkan sewaktu
kita SMA dan Mas masih tinggal di rumah orang
tuaku", Yani mengingatkan akan kata-kata yang
pernah dia ucapkan waktu kami tinggal serumah
dulu.
Memang sewaktu SMA aku menumpang di
tempat Pak De-ku (orang tua Yani), karena
rumahku sendiri di Prabumulih, dan aku
melanjutkan SMA di Jawa. Karena terlalu akrab
maka timbul perasaan sayang dan saling
mencintai. Dan sebelum kami berpisah 5 tahun
lalu dia berjanji dan bersumpah tidak akan
menyerahkan keperawanannya kepada orang
lain bahkan tak ingin menikah.
"Tapi apakah kamu tetap tak ingin menjalin
kehidupan berumah tangga, mempunyai suami,
dan anak?", tanyaku.
"Yani kan sudah menyerahkan pada Mas, jadi
Yani bisa nikah dong", ujarnya manja.
"Apa kamu tidak takut kalau suami kamu kecewa
saat malam pertama nanti?", tanyaku.
"Apa kita nikah aja di sini", ajakku padanya.
"Tapi Yani takut Mas", ucapnya.
"Yani nggak ingin pernikahan kita tanpa restu
orang tua yang telah melahirkan dan merawat
kita dari kecil Mas", ujarnya.
"Namun Mas nggak usah khawatir deh, Yani
tetap selalu mencintai Mas Kok", jelasnya padaku.
"Sebelum menikah Yani akan mencari laki-laki
yang betul-betul menerima Yani walau sudah
nggak perawan lagi", katanya.
"Yani juga tetap akan menemui Mas walau Yani
sudah menikah nanti", ucapnya.
"Mas..", panggilnya manja.
"Apa Mas masih mencintai Yani?", tanya dia
sambil mengusap bulu di dadaku.
"Iya..", jawabku.
"Ada apa?", tanyaku.
"Nggak aku cuma takut Mas nggak mau
menemuiku lagi", jelasnya.
"Soalnya aku begitu mudah bahkan mengajak
Mas untuk melakukan ini", katanya.
"Aku cuma ingin Mas sering-sering datang ke
Bekasi menemui aku", pintanya sambil
mengecup dadaku.
"Nanti masalah transport aku yang membiayai",
katanya lagi.
"Aku juga nggak ingin sendirian terus di rumah",
katanya.
"Kan kalo sendirian sepi, jadi kangen terus sama
Mas", ujarnya manja.
"Kangen sama Mas atau sama ini?", tanyaku
sambil menunjuk penisku yang masih lemas.
"Dua-duanya", jawabnya manja sambil
menurunkan tangannya ke penisku.
"Mas, kok lemas gitu sih penisnya?", tanya dia
sambil menggeggam penisku.
Karena sentuhan halus tangannya maka gairahku
menjadi bangkit lagi.
"Kecapekan kali, kan habis kerja keras ngebor
vagina Dhedek", jawabku.
"Berarti bisa keras lagi dong Mas", katanya.
"Iya", sambil menjawab aku mengulum
bibirnya, dan dia pun membalasnya sambil
menjulurkan lidahnya ke mulutku.
"Eemmffhh", desahnya ketika lidah kami
bertarung. Kuusap payudaranya dengan lembut
dan kulepas kecupan di bibirku, kuturunkan
kepalaku dan kuhisap putingnya yang telah
menjadi keras karena rangsangan.
"Auhhcchh mass, geellii", rintihnya.
"Mass.. oohh.. sudaahh Mass", erangnya sambil
menjauh dariku.
Aku pikir dia mau menghentikan permainan,
ternyata dugaanku salah. Yani berbalik dan
mengelus penisku yang sudah setengah tegang.
"Mass.. sudah besar lagi nih, oouufs", katanya
sambil memasukkan penisku ke dalam
mulutnya, Yani terus menghisap penisku hingga
benar-benar keras.
"Heemm.. terus Dhek", pintaku sambil menyibak
jembutnya dan menjilati kelentitnya.
"Oookhh.. mm..", Yani mendesah ketika
kelentitnya kuhisap. Cairan bening dan kental
mengalir membasahi vaginanya, lalu dengan jari
telunjuk kumainkan bagian dalam vaginanya.
Kami 'bermain' dalam posisi 69.
"Oouuhhkks Mass.. enaakkss.. mm..", rintihnya
sambil menghisap penisku.
Selang beberapa menit kemudian Yani
menggerakkan pantatnya dan menjepit kepalaku
dengan kedua pahanya, aku mengerti kalau dia
mau sampai klimaksnya, lalu kuhisap clitorisnya
dengan kuat agar dia cepat orgasme.
"Ooouukkhhss.. Maass.. teeruss", erangnya
setengah teriak. Yani pun tidak mau kalah, dia
menghisap juga penisku dengan kuat sambil di
kocoknya.
"Oookkss.. Deekkss.. keluaariin baarreenggss",
pintaku.
"mmff", dia tak bisa menjawab karena mulutnya
penuh oleh penisku, dan badan kami mengejang
bersamaan.
"Ookkhhss Maass.. aakkss.. aakss.."
"Deekkss oohh..", erang kami berbarengan,
"Crreetss.., ccreet.., crreett.., seerr.., kami
mencapai orgasme bersamaan. Dia menelan
semua maniku dan akupun menelan semua
cairan yang dikeluarkannya.
Setelah itu Yani berbalik dan memintaku untuk
tetap pada posisi semula, lalu dia bangkit dan
mengangkangiku sambil mengarahkan penisku
ke lubang vaginanya, terus dia turun pelan-pelan
sambil menekan agar penisku dapat masuk ke
lubang vaginanya.
"aakhhs..", erangnya begitu kepala penisku
membelah bibir vaginanya Dia menghentikan
sejenak, lalu diteruskan kembali hingga penisku
masuk separuhnya.
"aauuhh Maass enaak ooh", rintihnya sambil
terus menggerakkan badannya sehingga penisku
terus masuk semakin dalam. Aku meremas
susunya sambil menggerakkan pantatku naik
turun, tapi dia memintaku untuk tidak bergerak,
jadi aku diminta untuk menikmati saja. Dengan
buas dia menggerakkan badannya tanpa arah
sehingga penisku semakin dipijit oleh vaginanya.
Sepuluh menit berlangsung Yani di atasku, tiba-
tiba badannya mengejang dan dia menghentikan
gerakannya dan merangkulku dengan kuat sekali
sambil berteriak-teriak, "Maas.. akuu.. nggaak..
kuuaat.. ookhss.. aakhss.. aakh.. heeghh",
dengan diiringi cairan hangat membasahi
penisku dan terus mengalir keluar karena
banyaknya.
"mm.. niikmaat", erangnya tanpa memberi
kesempatan istirahat kami pun berganti posisi.
Dia buka kakinya lebar-lebar sehingga vaginanya
menjadi terbuka, dan aku dengan mudah
memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
Sepuluh menit berlangsung Yani di atasku, tiba-
tiba badannya mengejang dan dia menghentikan
gerakannya dan merangkulku dengan kuat sekali
sambil berteriak-teriak.
"Maas.., akuu.., nggaak.., kuuaat.., ookhss..,
aakhss.., aakh.., heeghh", dengan diiringi cairan
hangat membasahi penisku dan terus mengalir
keluar karena banyaknya.
"mm.., niikmaat", erangnya tanpa memberi
kesempatan istirahat, kami pun berganti posisi.
Dia buka kakinya lebar-lebar sehingga vaginanya
menjadi terbuka, dan aku dengan mudah
memasukkan penisku ke dalam vaginanya.
Dalam keadaan Yani yang terkangkang aku
menggerakan pantatku maju mundur dengan
cepat, sehingga teriakkan Yani yang baru saja
orgasme terdengar keras.
"Ammpuun maass.., ookkss.., mass", teriak
Yani memohon.
Mendengar teriakannya tersebut akhirnya aku
pun tak tega sehingga aku menghentikan
gerakkanku. Yani dengan nafas yang tersenggal-
senggal berbisik kepadaku.
"Mass.., keluarin lagi mass..", bisiknya manja.
Setelah berbisik padaku dia mulai menggerakan
pinggulnya ke kiri dan kanan sehingga penisku
yang terjepit erat di vaginanya terasa sekali
dipijit-pijit,
"Ooohh Dhedek.., enaaks", erangku di
telinganya.
"Ayoo.., Mass gerakan lagi doong", pintanya
padaku.
Lalu dengan perlahan kugerakan kembali
pantatku maju mundur.
"Ooohhkks.., Teeruus Mass..", teriaknya lirih.
"Enaaks.., oohh.., heemm..", erang Yani
keenakan.
Entah berapa menit aku menyetubuhinya dan
terasa sekali kalau ada sesuatu yang berusaha
untuk keluar dari penisku. Dan aku pun
mempercepat gerakanku,
"Ooh Yaann.., akuu nggak kuats.., aakuu maauu
keeluaar.., oohh.."
Begitu mendengar eranganku Yani mempererat
dekapan tangannya di leherku dan menyilangkan
kedua kakinya di pinggangku.
"Ayoo Mass.., geraakiin yang ceepeet Mass.."
"Jangaan di cabuut..", pintanya.
Begitu Yani menyentakkan kakinya sehingga
menekan pantatku dan membuat penisku masuk
semakin dalam ke vaginanya, aku pun tidak kuat
menahan klimaks yang kucapai.
"Oooks Dhedee..!".
Croots.. croots.. Kusemprot lubang rahimnya
dengan spermaku. Matanya terpejam menerima
semprotan dariku, dan belum habis rasa nikmat
yang kudapatkan tiba-tiba badannya mengejang.
"Mass.., Akuu Jugaa keluaar.., ahks.., ooghs..,
ops.., Mass..", erangnya.
Cretts.., seerr.., serr.., cairan hangat membasahi
kepala penisku dengan derasnya dan mengalir
keluar di pahanya. Kami mencapai klimaks
bersamaan dan sambil kukecup keningnya aku
berdiri dari atas tubuhnya.
"Ooohh.., Mass", rintihnya begitu kucabut
penisku dari vaginanya. Setelah itu aku tiduran di
sampingnya, dan dia pun mendekapku dengan
penuh kasih sayang. Lima menit istirahat lalu
kami pergi mandi membersihkan diri dari
keringat yang membasahi tubuh kami. Sejak
kejadian itulah saya makin sayang pada yani,
dan hubungan ini berlanjut hingga kini.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/608
U-ON

inc Powered by Xtgem.com